Jumat, 18 Mei 2012

Fobia Darah dan Terapi Fobia Spesifik


Fobia darah yang merupakan fobia spesifik adalah suatu kondisi di mana seseorang akan pingsan ketika melihat darah, akibat cedera fisik, atau akibat suntikan. Hal ini sebenarnya disebut fobia blood-injury-needle yang dapat memicu pingsan. Fobia darah sebenarnya bukan suatu fobia, tetapi merupakan hasil dari suatu kondisi biologis tertentu.

1. Sifat Pingsan
Orang sering berpikir pingsan sebagai gangguan fisik, dalam kategori yang sama dengan serangan jantung. Tapi pingsan sebenarnya merupakan respon perlindungan diri, bukan merupakan tanda penyakit atau gangguan tubuh.
Apa yang menyebabkan seseorang pingsan? Pingsan disebabkan oleh penurunan tiba-tiba yang signifikan pada tekanan darah Anda. Jika tekanan darah Anda turun karena alasan apapun, bagian dari tubuh Anda yang paling mungkin untuk mendapatkan pasokan darah yang tidak memadai adalah otak Anda karena otak
berada di atas. Otak, lebih dari organ tubuh lainnya, memerlukan pasokan darah segar beroksigen yang cukup. Itulah masalahnya jika tekanan darah Anda turun banyak, dan pingsan adalah respon tubuh terhadap masalah ini. Jika kita tidak bisa mendapatkan cukup darah ke otak, saat pingsan akan membawa pasokan darah yang cukup ke otak.

2. Respon Tubuh Saat Melihat Darah
Kita semua memiliki kecenderungan ketika melihat darah akan mengalami sedikit penurunan tekanan darah. Ini adalah hal yang baik, karena jika Anda melihat darah, hal tersebut pasti terjadi. Dan jika Anda berdarah, ada baiknya juga memiliki tekanan darah rendah. Anda akan mengeluarkan darah lebih sedikit, dan pembekuan lebih cepat.
Orang dengan fobia darah sbenarnya memiliki sisi yang baik. Ketika mereka melihat darah (atau jarum di tangan perawat), tekanan darah mereka turun lebih dari rata-rata. Sehingga tidak mendapatkan aliran darah yang baik untuk otak, sehingga pingsan menjadi suatu perlindungan diri.

3. Terapi Pemaparan
Terapi yang paling sering digunakan untuk fobia spesifik adalah terapi pemaparan(exposuretherapy), suatu tipe terapi perilaku yang asalnya didahului oleh Joseph Wolpe. Ahli terapi mendensitisasi pasien, dengan menggunakan pemaparan stimulus fobik yang serial, bertahap, dan dipacu diri sendiri. Ahli terapi mengajarkan pasien tentang berbagai teknik untuk menghadapi kecemasan, termasuk relaksasi, kontrol pernapasan, dan pendekatan kognitif terhadap gangguan. Pendekatan kognitif adalah termasuk mendorong kenyataan bahwa situasi tersebut pada dasarnya adalah aman. Aspek kunci dari terapi perilaku yang berhasil adalah (1)komitmen pasien terhadap pengobatan, (2) masalah dan tujuan yang diidentifikasi dengan jelas,(3) strategi alternatif yang tersedia untuk mengatasi perasaan pasien. Pada situasi spesifik fobia darah, injeksi, dan cedera, beberapa ahli terapi menganjurkan bahwa pasien mengencangkan tubuhnya selama pemaparan untuk membantu menghindari kemungkinan pingsan akibat reaksi vasovagal terhadap stimulus fobik. Beberapa laporan awal menyatakan bahwa antagonisadrenergic-beta dapat berguna dalam pengobatan fobia spesifik. Jika fobia spesifik adalah disertai dengan serangan panik, farmakoterapi atau psikoterapi yang diarahkan pada serangan panic mungkin juga bermanfaat (Kaplan, 2010).

4. Terapi lain Untuk Fobia Spesifik

A. Terapi berbicara.
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:

1. Konseling: konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya.

2. Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.

3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia.

B. Menggunakan obat-obatan.
Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan.
Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, yaitu:

1. Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang berhubungan dengan sosial (social phobia).

2. Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan.

3. Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai detak jantung tak beraturan.

1 komentar:

  1. maz saya tu kasihan sama teman saya, dia trkna phobia darah
    klau dia lihat darah sedikit pun dia mual sama pusing ...
    walaupun dya lihat dari hp dia jg takut...
    waktu kecil dia pernah melihat darah dari tubuhx sendiri tapi dia masih biasa saja dan akhirx klas 3 sd dia udah mulai takut jika melihat darah dan ibux juga trkna phobia darah...
    tu cara mengatasi dengan simple dan tanpa hipnoterapi gmn ya....??

    sebelumnya trima kasih...

    BalasHapus